Menjerit indonesia, “segera benahi aku !“
Aku menangis saat tiap keringat penghuniku tidak lagi menghasilkan rupiah
Aku menangis saat bayi-bayi yang lahir dari rahim seorang ibu telah menanggung hutangku
Aku bukan sebuah padang pasir dimana kejujuran adalah sebuah oasis
Bukan juga mesin pembunuh dimana tiap manusia yang tinggal disini hanya akan menggali kuburannya sendiri
Tumpukan uang menjadi Tuhan disini, dan kebahagiaan menjadi sebuah fosil yang sangat sulit di temukan.
Di kota itu ribuan orang melakukan perjudian dimana nasib yang menjadi taruhannya, penuh sesak penghuni di dalamnya hingga untuk bernapas pun terasa susah.
Di kota itu lumpur telah mengubah tempat tinggal mereka menjadi tanggul-tanggul. Tangis dari mereka tidak membuat hati tergugah.
Di kota itu tersimpan tambang emas tapi apa ? kemiskinan tetap menjadi mayoritas di tempat itu.
Aku tidak pernah marah saat kalian mengeruk ribuan bahkan jutaan kubik emas hitam dari perutku tanpa ada perbaikan.
Aku juga tidak pernah marah saat kalian menggundului hutan ku tanpa ada penanaman kembali.
Aku juga tidak pernah marah saat kalian mencemari laut dan sungai ku dengan limbah yang kalian buat.
Aku juga tidak akan dapat marah saat asap kendaraan kalian mengotori langitku.
Begitu baiknya Negara ini pada kita tapi mengapa kita menyakitinya
hentikan pembodohan dan penjajahan oleh bangsa sendiri ini
saatnya melakukan perubahan.